Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Halo teman-teman! Berjumpa lagi di blog saya, kali ini saya akan melanjutkan postingan saya tentang semiotika.
Pengertian
Semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti "tanda" atau seme yang
berarti "penafsir tanda" (Cobley dan Jansz, 199:4, dalam Sobur,
2009:16). Tradisi semiotika terdiri atas sekumpulan teori tentang
bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi,
perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
-Latar Belakang-
Sebagai
makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi
dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar
bisa saling
memahami tentang suatu hal. Yang perlu dipahami salah satunya adalah
tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama membutuhkan
konsep yang sama
agar tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Ilmu yang
membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Oleh
karena itu penting bagi kita untuk memahami Semiotika.
Tujuan
Memahami konsep dasar tradisi semiotika
Mengetahui tokoh semiotika
Memahami teori semiotika media menurut Jean Baudrillard
Memahami konsep dasar teori semiotika media
Memahami analisis kasus
Pembahasan
1. Konsep dasar tradisi semiotika
-Tanda, yaitu stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi
lain. Contohnya ketika kita melihat asap berarti itu menandakan adanya
api.
-Simbol, yaitu menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti,
termasuk arti yang sangat khusus. Contohnya burung merpati melambangkan
tanda perdamaian.
2. Tokoh Semiotika
-Charles Sanders Peirce,
-Ferdinand de Saussure,
-Louis Hjemslev,
-Roland Barthes,
-Sussane Langer,
-Jacques Derrida,
-Jean Baudrillard, dan sebagainya.
3. Teori Semiotika Media menurut Jean Baudrillard
-Perkenalan-
Jean Baudrillard adalah seorang pakar teori kebudayaan, filsuf,
komentator politik, sosiolog dan fotografer asal Perancis. He is new Mc
Luhan!! Baudrillard lahir dalam keluarga miskin di Reims pada 20 Juni
1929. Baudrillard tutup usia di usia 77 tahun tanggal 6 Maret 2007 di
Paris. (Wikipedia,
2014).
-Asumsi teori-
a) Tanda-tanda memang terpisah dari objek yang mereka tandai dan bahwa
media telah menggerakkan proses ini hingga titik dimana tidak ada yang
nyata.
b) Media, simulasi, dan apa yang disebut ‘cyberblitz’ telah
mengkonstitusi bidang pengalaman baru, tahapan sejarah dan tipe
masyarakat yang baru.
c) Media mendominasi kehidupan kita dengan informasi yang membentuk apa
yang ktia rasakan sebagai pengalaman yang nyata, tetapi yang juga
dihilangkan dari hal-hal yang alami.
d) Budaya komoditas kita yang didorong oleh media merupakan salah satu aspek simulasi tempat kita hidup.
4. Konsep dasar teori semiotika media.
1) Hiperealitas
->Baudrillard menggambarkan dunia ini sebagai Hiperealitas. Sebagai
contoh, media mulai tidak lagi menjadi cermin realitas melainkan menjadi
realitas atau bahkan lebih real dari realitas (Ritzer 2009 : 678 ).
Hipperealitas adalah efek, keadaan atau pengalaman kebendaan dan atau
ruang yan dihasilkan dari proses tersebut ( Piliang, 2003 : 150 ).
->Baudrillard mengungkapkan bahwa apa yang direproduksi dalam dunia
hiperealitas tidak saja realiitas yang hilang, tetapi juga dunia tak
nyata : fantasi, mimpi, ilusi, halusinasi atau science fiction.
Hiperealitas adalah duplikat dari realitas yang didekodifikasikan (
Piliang, 2003 : 152).
->Media, menjadikan manusia tenggelam dalam hipperealitas. Manusia
mengalami sesuatu yang melebihi realitas dan semakin lama kehilangan
realitas atau kehidupan sebenarnya yang real.
->Hiperealitas juga membuat dunia nyata dan dunia maya menjadi susah
dibedakan, bahkan hiperealitas melebihi dunia nyata tersebut.
2) Budaya Simulasi
->Budaya komoditas dunia kini didorong oleh media dan membuat
simulasi di tempat kita hidup. Lingkungan tiruan memberitahu kita apa
yang harus dilakukan, karena lingkunganlah yang membentuk selera,
pilihan, kesukaan, dan kebutuhan kita.
->Budaya konsumerisme menjadi salah satu budaya yang kuat sekarang
ini hampir di setiap negara, termasuk Indonesia. Mengonsumsi menjadi hal
yang sangat penting bagi setiap individu walaupun barang yang kita
konsumsi itu tidak benar-benar kita inginkan atau kita butuhkan.
3) Nilai tanda & Nilai Simbol
->Baudrillard menyatakan bahwa dalam masyarakat kapitalisme-lanjut
(late capitalism), nilai-guna dan nilai-tukar telah dikalahkan oleh
sebuah nilai baru, yakni nilai-tanda dan nilai-simbol.
->Nilai-tanda dan nilai-simbol, yang lahir bersamaan dengan semakin
meningkatnya taraf ekonomi masyarakat Barat, lebih memandang makna
simbolik sebuah objek ketimbang manfaat atau harganya, melainkan
berdasarkan prestise dan makna simbolisnya
5. Simpulan Teori
1. Kebudayaan postmodern adalah kebudayaan uang, excremental culture.
Uang mendapatkan peran yang sangat penting dalam masyarakat postmodern.
Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, fungsi dan makna uang dalam budaya
postmodern tidaklah sekedar sebagai alat-tukar, melainkan lebih dari itu
merupakan simbol, tanda dan motif utama berlangsungnya kebudayaan.
2. Kebudayaan postmodern lebih mengutamakan penanda (signifier)
ketimbang petanda (signified), media (medium) ketimbang pesan (message),
fiksi (fiction) ketimbang fakta (fact), sistem tanda (system of signs)
ketimbang sistem objek (system of objects), serta estetika (aesthetic)
ketimbang etika (ethic).
3. Kebudayaan postmodern adalah sebuah dunia simulasi, yakni dunia yang
terbangun dengan pengaturan tanda, citra dan fakta melalui produksi
maupun reproduksi secara tumpang tindih dan berjalin kelindan.
4. Sebagai konsekuensi logis karakter simulasi, budaya postmodern
ditandai dengan sifat hiperrealitas, dimana citra dan fakta bertubrukan
dalam satu ruang kesadaran yang sama, dan lebih jauh lagi realitas semu
(citra) mengalahkan realitas yang sesungguhnya (fakta).
5. Kebudayaan postmodern ditandai dengan meledaknya budaya massa, budaya ppopuler serta budaya media massa
6. Contoh kasus
Aduh, Orang-Orang Ini Menikah Bukan Dengan Manusia
Senin, 21 Oktober 2013 10:45
Vemale.com - Seorang wartawan dari CNN telah melakukan wawancara secara langsung dan ekslusif
dengan pria yang sedang menjadi bahan pembicaraan publik ini. Tanpa ragu dan malu, pria asal negri
sakura ini menyatakan bahwa dirinya sangat jatuh cinta dengan salah satu
karakter wanita dalam game yang sudah ia mainkan sejak bertahun-tahun
tersebut. Yup, karakter cantik dan imut yang berada pada game nitendo
tersebut ia beri nama Nene. Tak pikir panjang, pria yang nama aslinya
masih belum diketahui tersebut pun ingin membuktikan rasa cintanya
dengan menikahi Nene. Dalam sebuah gedung, lelaki ini mengundang
beberapa temannya untuk hadir dalam acara janji setianya dengan Nene
sang karakter wanita dalam game yang ia gemari. Tak tanggung-tanggung,
pria ini pun kerap membawa Nene, bahkan hampir setiap saat ke mana pun
ia pergi. Sesibuk apapun, Nene akan selalu menjadi pendamping setianya
di saat tidur, makan, mandi, bahkan berenang. Nampaknya, kecantikan yang
dimiliki oleh Nene telah membuat pria ini sangat tergila-gila padanya
yah ladies.
7. Analisis Kasus
• Bila dilihat dari kasus tersebut, lelaki tersebut telah masuk ke dalam
hiperealitas yang dibuat oleh media manga Jepang. Lelaki tersebut
tenggelam dalam hiperealitas yang dibuatnya. Manga membuat karakter
anime yang ‘seakan-akan’ nyata dan memiliki karakter wanita yang
sempurna bagi lelaki tersebut sehingga akibat terlalu sering bermain
dengan anime tersebut, ia pun menjadi jatuh cinta dan dunia ‘nyata’ bagi
lelaki tersebut adalah dunia manga.
• Jepang adalah salah satu negara maju yang memiliki perkembangan
teknologi media yang sangat baik. Jepang pun sering mengembangkan
game-game yang bentuknya semakin dekat dengan kehidupan nyata. Sehingga
bagi mereka yang kecanduan dengan permainan tersebut akan sulit lepas.
Karena bagi mereka dunia permainan tersebut adalah dunia yang sesuai
dengan keinginan mereka dan lebih membuat mereka senang ketimbang dunia
asli
Kesimpulan
Media memang berhasil membuat realitas baru yang selal mengedepankan
hal-hal yang sempurna yang membuai manusia. Sebagai contoh adalah
masalah “kecantikan”. Media begitu apik membuat realitas tentang
kecantikan, bahwa kecantikan itu adalah wanita dengan kulitputih, hidung
mancung, alis rapih, dan sebagainya, sehingga setiap wanita yang ingin
tampil cantik maka ia harus memiliki kulit putih, hidung mancung, dan
sebagainya. Hal ini pun terjadi pada diri lelaki tersebut dimana media
berhasil menciptakan realitas dimana lelaki tersebut akan mendapatkan
perempuan yang diinginkan yang ia tidak dapatkan di dunia nyata yang
sesungguhnya. Oleh karena itu media berhasil menciptakan tanda-tanda
sebagai realitas yang baru yang lebih baik dari realitas yang
sesungguhnya.Kesimpulan
0 Response to "SEMIOTIKA MEDIA"
Post a Comment